Selasa, 27 September 2011

PSKPM: “Your Common House for Capacity Building”

PILKADA YOGYAKARTA
"HATI" Sementara Unggul
dengan Hitungan KPU


(KLIPING/Senin, 26 September 2011)

YOGYAKARTA (Suara Karya): Pasangan nomor urut tiga Haryadi Suyuti-Imam Priyono atau Hati untuk sementara unggul dalam Pemilihan Kepala Daerah Kota Yogyakarta 2011 berdasarkan "real count" dari Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta.
Berdasarkan penghitungan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Yogyakarta, Minggu (25/9), diketahui pasangan nomor satu Zuhrif Hudaya-Aulia Reza memperoleh 12.282 suara atau 9,44 persen, pasangan nomor dua Hanafi Rais-Tri Harjun Ismaji memperoleh 52.724 suara atau 40,54 persen, dan pasangan nomor tiga Haryadi Suyuti-Imam Priyono memperoleh 65.054 suara atau 50,02 persen.
Penghitungan suara oleh KPU Kota Yogyakarta tersebut didasarkan pada data yang masuk sebesar 66 persen. Dari data tersebut, pasangan nomor tiga unggul di 12 kecamatan, sedang pasangan nomor dua unggul di dua kecamatan, dan pasangan nomor satu tidak memiliki keunggulan di satu kecamatan pun.
Sebanyak 12 kecamatan tersebut adalah Mantrijeron, Kraton, Mergangsan, Pakualaman, Gondomanan, Ngampilan, Wirobrajan, Gedongtengen, Jetis, Tegalrejo, Gondokusuman, dan Danurejan, sedang pasangan nomor dua unggul di Kecamatan Umbulharjo dan Kotagede.
Hasil penghitungan suara dari KPU Kota Yogyakarta tersebut tidak jauh berbeda dengan hasil hitung cepat yang dilakukan oleh salah satu lembaga survei yaitu Jaringan Suara Indonesia (JSI).
Berdasarkan hasil hitung cepat JSI, pasangan nomor satu memperoleh 9,65 persen suara, pasangan nomor dua memperoleh 41,97 persen suara dan pasangan nomor tiga memperoleh 48,38 persen suara dengan simpangan kesalahan sekitar satu persen.
Sementara itu, Istri dari Sultan HB X yang juga anggota DPD GKR Hemas saat berkunjung ke Posko Hati mengatakan, masyarakat Yogyakarta tetap melihat kekuatan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Puro Pakualaman.
"Sebelumnya, saya juga sudah mengira pasangan ini akan menang. Kekuatan rakyat Yogyakarta tidak akan bisa berubah karena ada keyakinan terhadap Keraton dan Pakualaman," katanya.
GBPH Prabukusumo yang juga hadir di Posko Hati mengatakan, pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah Kota Yogyakarta 25 September 2011 berbeda dengan pilkada sebelumnya karena bertepatan dengan molornya pembahasan Rancangan Undang-Undang Keistimewaan DIY. "Keunggulan pasangan ini merupakan bentuk kemenangan rakyat Yogyakarta. Ini merupakan wujud bahwa Yogyakarta memiliki nurani," katanya.
Sementara itu, meskipun KPU Kota Yogyakarta belum mengeluarkan keputusan resmi terkait penghitungan suara, namun tim dari pasangan Zuhrif-Reza juga memperkirakan Hati akan memperoleh suara terbanyak. "Berdasar penghitungan yang kami lakukan, pasangan nomor tiga unggul," kata Ketua Tim Sukses Zuhrif-Reza Ardianto.
Oleh karenanya, Ardianto mengucapkan selamat kepada pemenang dan berharap pemerintahan periode mendatang dapat mewujudkan kesejahteraan warga Yogyakarta.
Zuhrif Hudaya-Aulia Reza tetap merasa ikhlas dengan kemenangan pasangan nomor tiga. "Selamat kepada Mas Haryadi, semoga amanah dalam memimpin kota Yogya," kata Zuhrif.
Meskipun tidak memenangi pemilihan kepala daerah, Zuhrif mengatakan, akan tetap melanjutkan program "Mbangun Kampung" yang digagasnya. Sementara itu, Wali Kota Yogyakarta Herry Zudianto mengatakan, masyarakat telah menentukan pilihannya untuk kepala pelayan masyarakat yang baru. (Ant)

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Mulai pukul 17.00 nanti calon terkuat pemenang pemilihan pemilihan kepala daerah Kota Yogyakarta, bisa dilihat dari hasil rekapitulasi sementara  di Kantor Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kota  Yogyakarta, Jalan Magelang, Yogyakarta.
Sementara itu, hasil perhitungan suara manual di tingkat kecamatan baru akan dimulai Senin (26/9/2011) dan Selasa (27/9/2011) besok, sebelum akhirnya dihitung final di KPUD Kota Yogyakarta, Kamis (29/9/2011) mendatang.
"Pukul 17.00 nanti hasil penghitungan suara sementara bisa dilihat. Sekarang proses penghitungan di 838 tempat pemungutan suara masih berlangsung," kata Ketua KPUD Kota Yogyakarta Nasrullah, Minggu (25/9/2011) di Yogyakarta.
Dalam Pilkada Kota Yogyakarta kali ini, tiga pasang calon wali kota dan wakil wali kota bertarung. Ketiga pasangan ini memperebutkan sebanyak 322.840 suara.
Pasangan nomor urut 1 adalah kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Zuhrif Hudaya bersama wakilnya, Aulia Reza Bastian. Bakal calon wali kota yang telah ditinggal Gerindra ini diusung PKS, Partai Hati Nurani Rakyat, Partai Kasih Demokrasi Indonesia, Partai Karya Peduli Bangsa, dan Partai Republikan Nusantara.
Pasangan nomor urut 2 adalah putra mantan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Amien Rais, Hanafi Rais dan Tri Harjun Ismaji,mantan Sekretaris Daerah Provinsi DIY. Hanafi dan Tri Harjun diusung empat partai besar dan sembilan partai yang tergabung dalam Koalisi Mataram.
Keempat partai pengusung Hanafi-Tri Harjun adalah Partai Demokrat, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Amanat Nasional, dan Partai Gerakan Indonesia Raya.
Adapun sembilan partai yang tergabung dalam Koalisi Mataram adalah Partai Bulan Bintang, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Damai Sejahtera, Partai Demokrasi Kebangsaan, Partai Pekerja dan Pengusaha Indonesia, Partai Peduli Rakyat Nasional, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, Partai Demokrasi Pembaruan, dan Partai Kebangkitan Nasional Ulama.
Pasangan nomor urut 3 adalah, Wakil Wali Kota Yogyakarta, Haryadi Suyuti, yang berpasangan dengan Imam Priyono. Pasangan ini didukung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Golkar.



Yogyakarta, CyberNews. Pasangan nomor urut 3, Haryadi Suyuti-Imam Priyono (Hati) tetap memimpin perolehan suara Pilkada Kota Yogyakarta 2011 dalam penghitungan yang dilakukan KPU Kota Yogyakarta.
Dalam penghitungan yang diselesaikan Minggu (25/9) pukul 21.00 tersebut Hati memperoleh  67.793 suara atau 49,94    %.
Sementara pasangan nomor urut 2, Ahmad Hanafi Rais-Tri Harjun (Fitri) memperoleh 56.937 suara atau 41,18%, dan pasangan nomor urut 2 Zuhrif Hudaya-Aulia Reza (Zulia) memperoleh 13.518 atau 9,78%.
“Kami tidak tahu apakah ini disebut quick count atau real count. Yang jelas kami memasukkan data-data yang dikirimkan dari KPPS. Sampling diambil 70% dari keseluruhan TPS  yang ada. Jadi ini adalah data dari 588 TPS dari jumlah keseluruhan 838 TPS,” ujar Divisi Sosialisasi dan Humas KPU Kota Yogyakarta, Titok Hariyanto.
Titok menambahkan penghitungan ini bertujuan untuk menjawab rasa ingin tahu masyarakat terkait perolehan suara. Meski begitu melalui hasil ini, sudah bisa memberikan gambaran pada masyarakat Yogyakarta terkait kandidat kuat calon terpilih.
“Hasil ini cukup bisa memberikan gambaran pada masyarakat calon kuat yang akan terpilih, karena umumnya hasil rekapitulasi manual nanti tidak akan berubah banyak,” ujarnya.
Hasil penghitungan suara dari KPU Kota Yogyakarta tersebut  berbeda tipis dengan hasil hitung cepat yang dilakukan oleh salah satu lembaga survei yaitu Jaringan Suara Indonesia (JSI).
Berdasarkan JSI pasangan Zulia memperoleh 9,65 persen suara, pasangan nomor Fitri memperoleh 41,97 persen suara dan pasangan Hati memperoleh 48,38 persen. Setelah ini KPU akan melakukan tahap rekapitulasi manual dari tingkat PPK dari tanggal 26-28 Oktober.
“Setelah itu tanggal 29 September-1 Oktober  baru KPU akan merekapitulasi juga. Hasil inilah yang nanti akan dibawa ke pleno untuk menetapkan calon terpilih,” terang Titok.



PDIP Kian Mantap Dukung Penetapan
27/09/2011 08:43:24 YOGYA (KR) - Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDI Perjuangan Kota Yogyakarta merasa lega setelah dipastikan pasangan Haryadi Suyuti-Imam Priyono (Hati) memenangi Pemilukada Kota Yogyakarta 2011. Kemenangan tersebut menjadi penebus dari kemenangan yang tertunda dari dua pemilukada sebelumnya yaitu 2001 dan 2006 dimana paslon yang dipasang DPC PDI Perjuangan Kota Yogya selalu kalah. Hal tersebut dikemukakan Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Yogyakarta Sudjanarko kepada wartawan di Kantor DPC PDIP Kota Yogya, Senin (26/9). Sudjanarko didampingi Ketua Desk Pilkada DPD PDI Perjuangan DIY Eko Suwanto, Ketua dan Sekretaris Desk Pilkada DPC PDIP Kota Yogya Sutaryo dan Danang Rudiyatmoko. Hasil rekapitulasi akhir yang dilakukan DPC PDI Perjuangan di seluruh TPS menunjukkan hasil akhir 96.595 suara atau 48,59 persen, pasangan nomor urut 2 mendapatkan 41,68 persen atau sejumlah 82.852 suara dan pasangan nomor 1 mendapatkan 9,74 persen suara atau 19.358. “Jadi kalau dari hasil sementara quick count kami kalah di dua kecamatan, hasil real count yang kami lakukan kalah di tiga kecamatan yaitu Kotagede, Umbulharjo dan Ngampilan,” kata Sutaryo. Eko Suwanto mengungkapkan ucapan terimakasih secara spesial juga diberikan kepada keluarga besar Kraton Yogyakarta dan Pura Pakualaman. Kemenangan Hati semakin meneguhkan perjuangan untuk penetapan. PDIP juga berkomitmen untuk mengawal pengelolaan kekuasaan pasca terpilihnya Hati. (Apw)-a
 


Hindari kecurangan tim paslon kawal rekapitulasi suara
Tribun Jateng - Senin, 26 September 2011 13:14 WIB
Share |
KPU.jpg
Laporan Wartawan Tribun Jogya/ Rina Eviana

TRIBUNJATENG.COM YOGYA,– Proses rekapitulasi hasil pemungutan suara Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Yogyakarta masih akan dilakukan secara berjenang dari Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) hingga Komisi Pemilihan Umum (KPU). Menghindari peluang kecurangan rekap suara tim ketiga pasangan calon melakukan pengawalan selama proses rekap hasil perhitungan suara selesai.

Ardianto, selaku Ketua Tim Sukses pasangan nomor urut 1, Zuhrif Hudaya-Aulia Reza Bastian mengatakan, meskipun perolehan pasangan 1 cukup jauh dibawah perolehan pasangan lain, namun akan tetap melakukan pengawalan hingga proses akhir rekap suara. Tim pasangan Zuhrif-Reza menerjunkan saksi-saksi di tempat pemungutan suara (TPS), di tingkat PPK hingga kota. “Sekalipun jumlah perolehan suara pasangan calon kami cukup jauh tapi komitmen kami akan mengawal proses perhitungan suara sampai selesai sehingga rekapitulasi suara berjalan bersih hingga akhir,” jelas Ardianto, Senin (26/8/2011).


Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menuturkan belum menemukan adanya kecurangan maupun hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecurangan selama proses perhitungan suara berjalan. “Secara detail kami belum mendapatkan hasil dari saksi. Nanti menunggu rekap berita acara di tiap PPK,” ujarnya.



Ardianto mengutarakan jika nantinya dari seluruh berita acara ditemukan problem yang sama akan menjadi pencermatan dan pendalaaman. “Kalau hanya ditemukan kejadian sedikit itu kan tidak bisa jadi generalisasi kecurangan sistemik. Kalau ada kejadian serupa dan banyak itu akan jadi pencermatan,” tegasnya.



Tim pasangan nomor urut 2, Ahmad Hanafi Rais-Tri Harjun Ismaji (FITRI) juga melakukan pengawalan selama proses rekapitulasi suara. Heroe Purwadi, Ketua Tim Sukses FITRI mengatakan, kemarin malam usai penghitungan suara, timnya melakukan briefing untuk saksi-saksi di PPK. “Saksi ini yang akan mengawal  proses rekapitulasi suara,” kata Heroe.



Terlebih, katanya, perolehan suara antara pasangan calon nomor 2 dan 3 tidak terlampau jauh. “Kemarin baru kite cermati secara kualitatif. Tapi secara kuantitatif belum detail,” ujarnya.



Heroe juga mengatakan timnya masih melakukan pencermatan terhadap suara syah yang ada. Sebab dari hasil evaluasi yang dilakukan timnya, hasil survey real count  dari berbagai sumber terdapat suara syah yang berbeda. “Kita terjunkan saksi karena kami cermati ada jumlah suara syah yang beda antara 9000 hingga 10.000 suara,” katanya.



Sujanarko, Tim Sukses pasangan nomor 3 Haryadi Suyuti-Imam Priyono mengatakan pengurus structural partai mendampingi masing-masing saksi di PPK selama proses rekap dilakukan. Selain itu satgas-satgas juga turut membantu mengawal rekap suara hingga selesai. “Ini supaya tidak ada celah potensi-potensi kecurangan saat proses rekapitulasi suara dilakukan,” jelas Koko.



Proses pemungutan suara di Pilkada Yogyakarta Minggu (25/9) kemarin telah dilaksanakan. Hasil rekapitulasi sementara di Komisi pemilihan Umum (KPU) Yogyakarta Minggu (25/9) malam pasangan calon wali kota dan wakil wali kota nomor urut 3, Haryadi Suyuti-Imam Priyono (HATI) sementara masih mengungguli dua rival lainnya. Keduanya mendapat perolehan suara sebanyak 67.793 suara atau 49,04 persen dari 70 persen tempat pemungutan suara (TPS) di 14 kecamatan.



Diurutan nomor dua diduduki pasangan nomor urut 2, Ahmad Hanafi Rais-Tri Harjun Ismaji (FITRI) mendapat perolehan suara sebanyak 56.937 suara atau 41,18 persen. Sedang Zuhrif Hudaya-Aulia Reza Bastian pemilik nomor urut 1 berada diurutan ketiga dengan perolehan suara sementara 13.518 suara atau 9,87 persen. Pasangan HATI rata-rata unggul di 12 kecamatan. Sementara FITRI mengungguli HATI di Kecamatan Umbulharjo dan Kecamatan Kotagede.

Editor : budi_pras
Analisis==> Memenangkan Pemilukada Oleh : Drs Suranto
26/09/2011 11:11:29 Pesta demokrasi lokal dalam bentuk Pemilu Kepala Daerah di Kota Yogyakarta bakal digelar Minggu 25 September 2011 ini. Tiga pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah pun, telah ditetapkan sebagai peserta yang diusung oleh koalisi partai-partai baik yang memiliki kursi di DPRD maupun yang tidak. Maka suasana kompetisi pun memasuki fase yang semakin menghangat, mengingat semua pasangan calon telah mempersiapkan diri untuk menggapai kemenangan. Fenomena in logis mengingat pemilukada merupakan salah satu bagian dari aktivitas politik praktis, yang dalam terminologi akademik, politik diartikan secara sederhana sebagai seni untuk mendapatkan kekuasaan serta mempertahankannya. * Bersambung hal 10 kol 5 Dengan demikian ajang pertarunganpun tidak hanya melibatkan calon pasangan baru yang akan ikut memperebutkan kekuasaan, namun juga pasangan calon incumbent yang ingin mempertahankannya. Tulisan ini mencoba mengidentifikasi faktor-faktor determinan yang bisa menentukan kemenangan dalam Pemilukada dengan berdasarkan pada fakta empirik yang pernah terjadi baik dalam skop nasional maupun lokal. Banyak kalangan memandang bahwa persoalan memenangkan Pilkada hanya terletak pada sisi finansial belaka. Pendapat itu tidak sepenuhnya benar, karena memang faktor finansial itu penting, namun tidak yang paling menentukan. Berdasarkan pengalaman empirik pelaksanaan Pemilukada dan Pemilu di Indonesia, dapat disarikan adanya Faktor 4-M yang menentukan kemenangan pasangan calon dalam pertarungan di Pilkada, yaitu sebagai berikut: Faktor 4-M yang pertama adalah Mesin Politik. Yang dimaksud dengan mesin politik adalah sarana atau perangkat sistemik struktural yang sangat efektif untuk melakukan fungsi komunikasi politik, sosialisasi politik, rekrutmen sampai penggalangan partisipasi konstituen untuk menggolkan pasangan yang diusungnya. Kendaraan politik mapan ditandai dengan kuatnya dukungan basis massa, sistem yang sudah solid, serta pengalaman yang cukup. Semakin kuat mesin sebuah politik, maka semakin mudah dalam mempermulus jalan calon memenangkan pilkada, karena mesin politik akan mudah menggarap, membentuk opini massa dengan jaringan yang telah ada. Tak ayal fenomena koalisi antar beberapa parpol mapan akan sangat memperkuat mesin politik yang ada. Namun, keberadaan mesin politik biasanya hanya menguntungkan bagi calon yang menggunakan pencalonan melalui jalur partai, dan tidak berlaku bagi calon jalur independen. Bagi calon yang diusung partai, maka mesin politik sudah terbangun dan tinggal menggerakannya. Sementara bagi calon independen yang biasanya hanya mengandalkan aspek popularitas sulit untuk memanfaatkan mesin politik mapan yang ada. Akibatnya dari beberapa pengalaman praktik Pilkada di Indonesa, hanya ada sedikit pemenang Pilkada yang terpilih melalui jalur independen, yaitu aktor Dicky Chandra yang terpilih sebagai Wakil Bupati Garut, yang saat ini telah mengundurkan diri. Selanjutnya faktor M yang kedua adalah Mass communication (komunikasi massa). Tak diragukan lagi bahwa komunikasi massa sangat efektif menentukan kemenangan calon, mengingat kemampuannya untuk membentuk opini dan pencitraan kepada publik. Gaya komunikasi Presiden SBY barangkali bisa dijadikan contoh. Politik pencitraan yang dikemasnya telah menarik para pemilih untuk menjatuhkan pilihan kepadanya, karena kesuksesan komunikasi massa yang digalang tim suksesnya. Citra SBY yang kalem, gagah, berbicara teratur dan seolah tidak ada cacat telah berhasil membius sebagian besar warga untuk mendaulatnya sebagai presiden RI. Faktor M yang ketiga adalah Momentum. Pengertian momentum secara sederhana adalah peristiwa sesaat yang sangat strategis bagi calon untuk menarik keuntungan waktu. Momentum bisa terjadi secara alami, namun bisa juga direkayasa atau diciptakan. Kemunculan Megawati sebagai presiden RI tentunya tak lepas dari momentum dikuyo-kuyo dirinya oleh Pemerintah Orde Baru yang terkenal dengan peristiwa Kerusuhan 27 Juli. Peristiwa pengrusakan Kantor DPP PDI oleh sekelompok oknum saat itu telah mengangkat pamor Megawati menjadi calon yang dinistakan. Contoh lain adalah munculnya SBY sebagai presiden pada periode pertama juga tak lepas dari momentum dikuyo-kuyonya SBY oleh Taufik Kiemas yang menyatakan SBY sebagai kekanak-kanakan saat mundur dari kabinet Mega untuk berlaga melawan Mega. Kasus melodrama yang dilakukan kedua tokoh tersebut tampak memunculkamn simpati pada para pemilih yang merasa iba dengan tokoh yang dinistakan. Barangkali momentum ini juga bisa dilakukan di skop yang lebih kecil di daerah. Faktor M terakhir adalah Materi. Tak disangkal bahwa berlaga di ajang pilkada yang membutuhkan mesin politik dan komunikasi massa memerlukan adanya dukungan materi yang kuat. Bahkan untuk calon independen malah akan lebih berat mengingat harus mengumpulkan dukungan 4% dari total penduduk. Apabila setiap KTP dukungan harus dialokasikan sejumlah materi, maka betapa besar materi yang harus dialokasikan. Apalagi pada saat kampanye, kebutuhan akan lebih besar lagi mengingat konstituen dan tim sukses membutuhkan dukungan logistik yang cukup. Di samping Faktor 4 M tersebut, sebenarnya masih ada faktor yang lebih menentukan yaitu faktor tangan Tuhan, karena kendati telah didukung semua faktor 4 M di atas, namun apabila Tuhan berkehendak lain maka semuanya akan berantakan. Oleh sebab itu, hendaknya semua calon bersikap sabar dan menerima hasil apapun setelah semua upaya dilakukan, karena hasil akhir adalah berada di tangan Nya. Dengan demikian jika semua pihak bisa melakukannya, maka Pemilukada akan kondusif, aman dan damai. Selamat menggunakan hak pilih warga kota Yogyakarta ! Identitas Penulis: (Penulis adalah Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan UMY)-f